"Terus terang saya sangat kecewa dengan penghentian kurikulum 2013 ini," ujar M Nuh saat berbincang,
Nuh mengatakan, dulu ketika dia meluncurkan Kurikulum 2013, banyak pihak yang menganggapnya tergesa-gesa melakukan langkah tersebut. Nah sekarang, dia melihat penghentian Kurikulum 2013 ini tak ubahnya dengan tudingan yang dia dapatkan dulu.
"Kalau dulu kita dibilang tergesa-gesa. Ini kurang dari satu bulan, sudah diambil keputusan. Padahal ini sesuatu yang luar bisa dan menyangkut khalayak banyak," ujar mantan Rektor Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini.
Nuh mengatakan pada tahun 2013, pemerintah sudah mulai menerapkan kurikulum 2013 pada 6.013 sekolah. Dan selama penerapan itu menurutnya tidak ada persoalan substansif yang muncul.
"Kalau memang ada, taruhlah memang menyesatkan begitu. Tentu pada 6.013 sekolah itu juga diberhentikan," ujar Nuh.
Terkait dengan penghentian kurikulum 2013 ini Anies Baswedan berpendapat kurikulum pendidikan seharusnya disiapkan secara matang. Penghentikan itu diterapkan bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 selama 1 semester.
"Kurikulum itu adalah suatu produk yang selalu disiapkan secara matang. Di seluruh dunia kalau menerapkan kurikulum, di mana kurikulumnya harus matang dulu, dievaluasi dan diperbaiki," kata Anies.
Anies menyebut sebenarnya kurikulum 2013 yang sudah diberlakukan di seluruh Indonesia, belum dievaluasi. Padahal, pihak yang merasakan langsung yaitu guru dan murid belum siap menerima kehadiran kurukulum ini. "Yang terjadi di 2013, kurikulum dilaksanakan di seluruh Indonesia padahal belum dievaluasi. Evaluasi apa? Konsistensi ide dengan desain, konsistensi desain dengan materi ajar. Kemudian belum dilihat lagi impactnya," katanya.
|
M Nuh kecewa kurikulum 2013 dihentikan |
Kurikulum 2013 dinilai memberi kesan tak baik bagi para guru di Indonesia. Tak sedikit guru mendukung putusan penghentian kurikulum yang disingkat K13 itu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.
Ketua Serikat Guru Indonesia kota Purbalingga, Gunawan mengatakan, para guru masih kebingungan meski telah mendapatkan pelatihan K13. Sebab, kata dia, proses pelatihan itu hanya berbentuk forum seminar.
"Si instruktur hanya bermodalkan satu buah flashdisk yang berisi powerpoint, kemudian kami para guru disuruh buat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri dan terus dipresentasikan secara sampel," ujar Gunawan dalam diskusi hentikan kurikulum 2013 dan UN sebagai penentu kelulusan di kantor LBH Jakarta.
Tak hanya itu, Gunawan juga mengungkapkan materi tingkat sekolah dasar dinilai terlalu tinggi. Menurut Gunawan, materi itu berat untuk tingkat SD. Bila dibandingkan dengan sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), materi kelas VI justru dilaksanakan di kelas IV dan V.
Terkait pelatihan guru, Ketua SGI kabupaten Bima, Fahmi Hatib mengatakan, seharusnya dilakukan selama lima hari. Namun, pada kenyataannya, hal tersebut hanya dilakukan selama tiga hari saja. Pelatihan dianggap tidak cukup untuk mengubah pola pikir guru dalam proses pembelajaran.
"Bahkan saat pelatihan,si instruktur memberikan arah pembocoran kunci jawaban untuk post test agar tergambar bahwa pelatihannya berhasil. Ini kan pembohongan publik," ungkap Fahmi.
Ada juga pelatih guru, Itje Chodidjah, yang menyatakan bahwa pelatihan guru seharusnya dilakukan secara sistematis, tersktruktur, dan berkelanjutan. Hal itu pun harus disesuaikan dengan kebutuhan guru itu sendiri.
Masalah buku juga diungkapkan menjadi persoalan teknis lain atas keberhasilan pembelajaran suatu kurikulum pengajaran di Indonesia. Pasalnya, masih banyak sekolah yang menerima buku pelajaran siswa tak sesuai dengan jadwalnya.
"Di Jambi, buku SMK baru diterima pada 1 Desember 2014, sedangkan ujian akhir semester (UAS) selesai 4 Desember 2014, padahal buku K13 disusun per semester," ungkap Ketua SGI kota Jambi, Aswin. Dikutip dari berbagai sumber.