Mochamad Ridwan Kamil, ST. MUD. (lahir di Bandung, 4 Oktober 1971; umur 43 tahun) adalah Wali Kota Bandung periode 2013-2018. Awalnya, pria yang akrab dipanggil
Kang Emil ini adalah seorang arsitek, dosen, dan aktivis sosial asal Indonesia. Kang Emil merupakan putra dari pasangan Dr. Atje Misbach, S.H (alm.) dan Dra. Tjutju Sukaesih. Pada tahun 2013 Kang Emil yang dari kalangan profesional dicalonkan oleh
Partai Keadilan Sejahtera (
PKS) dan
Partai GERINDRA sebagai walikota Bandung dengan didampingi oleh Oded Muhammad Danial sebagai calon wakil walikota. (
wikipedia).
Sebagai wali Kota Bandung, Kang Emil mendukung penghentian kurikulum 2013. Kang Emil menilai, Kurikulum 2013 membuat beban anak terlalu besar.
Kurikulum 2013 dinilai memberi kesan tak baik bagi para guru di Indonesia. Tak sedikit guru mendukung putusan penghentian kurikulum yang disingkat K13 itu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Tetapi M Nuh punya bantahan terhadap hal ini dan mengaku kecewa. (baca:
M Nuh kecewa kurikulum 2013 dihentikan).
“Kurikulum 2013 membuat beban anak semakin besar, itu yang banyak dikeluhkan masyarakat. Anak saya juga menggunakan kurikulum 2013. Ia pergi pagi, pulang sudah teler, tak ada waktu untuk mengobrol. Ini tidak bagus,” ungkap Kang Emil di Bandung.
|
Kang Emil buka baju kumpul dengan para #bobotoh #PersibJUARA |
Kang Emil akan mendukung kebijakan pusat dalam penghentian Kurikulum 2013. Ia percaya, penghentian ini dilakukan dengan banyak pertimbangan. Yang penting saat ini, pemerintah pusat memperhatikan
petunjuk pelaksanaan (
juklak) dan
petunjuk teknis (
juknis) yang harus dilakukan di level bawah seperti kota/kabupaten. (baca:
ganti menteri ganti kurikulum ganti juga kebijakan)
“Setiap kebijakan memiliki risiko dan memerlukan persiapan. Saat kebijakan Kurikulum 2013 diberlakukan, tentunya harus ada persiapan. Begitupun saat kurikulum ini dihentikan, harus ada persiapan pula. Misalnya, buku yang sudah keluar, ini kan tidak mudah,” imbuhnya.
Sementara itu, Fitria Sari, salah satu orangtua siswa mengaku senang jika kebijakan baru tersebut dicabut. “Anak disekolahkan untuk menjadi pintar, bersosialisasi, dan belajar budi pekerti, bukan membuat anak menjadi stres,” tutupnya.
Terkait pelatihan guru terhadap kurikullum 2013 ini, Ketua SGI kabupaten Bima, Fahmi Hatib mengatakan, seharusnya dilakukan selama lima hari. Namun, pada kenyataannya, hal tersebut hanya dilakukan selama tiga hari saja. Pelatihan dianggap tidak cukup untuk mengubah pola pikir guru dalam proses pembelajaran.
"Bahkan saat pelatihan, si instruktur memberikan arah pembocoran kunci jawaban untuk post test agar tergambar bahwa pelatihannya berhasil. Ini kan pembohongan publik," ungkap Fahmi.
Ada juga pelatih guru, Itje Chodidjah, yang menyatakan bahwa pelatihan guru seharusnya dilakukan secara sistematis, tersktruktur, dan berkelanjutan. Hal itu pun harus disesuaikan dengan kebutuhan guru itu sendiri.
Masalah buku juga diungkapkan menjadi persoalan teknis lain atas keberhasilan pembelajaran suatu kurikulum pengajaran di Indonesia. Pasalnya, masih banyak sekolah yang menerima buku pelajaran siswa tak sesuai dengan jadwalnya. Dikutip dari berbagai sumber.