Penyakit kanker tidak pandang bulu lagi, bisa menyerang manusia saat usia kapan saja. Di usianya masih relatif muda anak-anak pun bisa menjadi korban menghadapi kondisi yang sangat berat. Umurnya masih terbilang sangat muda 2 tahun 4 bulan. Wajahnya lucu menggemaskan.
Ashira Shalva namanya. Jika anak-anak seusianya sibuk berlari-lari, bercanda ria dengan keluarganya, Ashira kurang bernasib baik, dia terbaring di tempat tidur rumah sakit, berjuang melawan
neuroblastoma, salah satu kanker yang beberapa kali ditemukan menyerang anak-anak saat usia balita, berikut
info seputar kesehatan Ashira.
Kondisi Ashira saat sedang sakit dan terbaring lesu di rumah sakit sempat menyita perhatian pengguna sosial media baik di Path, Twitter, maupun Instagram. Akun Instagram Prayforashira sengaja dibuat untuk mengabarkan kondisi Ashira terkini saat sedang dirawat di Guangzhou Modern Cancer Hospital.
Dikutip dari salah satu tulisan di Instagram diketahui bahwa Ashira lahir pada 27 Juli 2012. Ashira tumbuh sebagai anak yang pintar, berkemauan kuat, pintar cerdas, dan ceria. Hingga suatu hari orang tuanya menemukan ada perubahan fisik di tubuh bocah penggemar film
Frozen ini. Ashira mengeluh sakit perut, dan perutnya sedikit lebih besar. Kala itu orang tuanya tidak berpikir aneh-aneh. Karena Ashira cukup energik, mungkin gadis kecil itu hanya mengalami sediit ketidaknyamanan di lambungnya.
Kekhawatiran mulai tergurat di wajah Reivina (orang tua Ashira) saat meraba perut Ashira, yang terasa semakin keras. Ashira juga sudah mulai kehilangan selera makan. Orang tua Ashira akhirnya membawa ke dokter anak yang biasa menangani masalah pencernaan anak. Pada awalnya, sang dokter hanya memberikan obat untuk mengurangi gas di perutnya.
Dokter lalu menyarankan untuk melakukan foto sinar-X jika ukuran perut Ashira tidak kunjung mengecil. Alangkah kagetnya kedua orang tua Ashira saat mengetahui hasil
USG dan
CT scan. Dokter mendiagnosis Ashira mengidap
neuroblastoma, tumor ganas yang beberapa kali ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun.
Neuroblastoma merupakan kanker saraf yang memiliki banyak gejala.
Neuroblastoma paling sering muncul di dalam dan di sekitar kelenjar adrenal, yang memiliki asal-usul yang serupa dengan sel saraf dan berada di atas ginjal. Neuroblastoma bisa menyerang leher, rongga dada, atau mata. Jika menyerang mata, mata akan menonjol, kelopak mata turun, dan pupil melebar.
Sedangkan bila menyerang tulang akan menyebabkan patah tulang tanpa sebab atau kelumpuhan bila menyerang tulang belakang. Sedangkan pada kasus Ashira, neuroblastoma berkembang di daerah perut. “Kalau larinya ke perut, maka perutnya membesar. Kalau ke tulang, maka nyeri tulang sehingga anak enggak mau jalan karena sakit kalau jalan,” ujar dr Endang Windiastuti, SpA(K).
Artikel terpopuler:
|
Kalau larinya ke mata, mata akan menonjol sebelah, juga perdarahan di bola mata. Delapan puluh persen sumber primernya di dalam perut. Sisanya di sepanjang perjalanan saraf, bisa mata, juga sepanjang tulang belakang, yakni di saraf kiri dan kanan. Kondisi Ashira kian memburuk, tumor di perut sebelah kanan semakin hari semakin membesar sehingga mendesak organ-organ tubuhnya. Akhirnya Ashira dibawa ke Guangzhou Modern Cancer Hospital.
|
|
|
|
|
|
|
Foto-foto ceria Ashira |
Namun takdir berkata lain. Anak balita yang baru berusia 2 tahun 4 bulan ini mengakhiri perjuangannya melawan penyakit neuroblastoma. “Innalillahi wainnailaihi rojiun... Anak cantik udah pulang dengan tenang, in shaa Allah surganya ALLAH tempat paling baik buat non cantik ini,” tulis seorang pengguna Instagram.
|
Ucapan turut duka cita dari para pengguna sosial media |
Banyak orang tua tentu merasa khawatir terhadap kanker saraf yang telah merenggut nyawa Ashira. Dr Endang menjelaskan bahwa penyebab pasti neuroblastoma hingga saat ini masih belum diketahui.
“Tidak tahu secara pasti sebabnya. Kemungkinan genetika ada, kemungkinan pengaruh radiasi, pengaruh zat kimia, secara teori seperti itu. Tapi, secara pasti, belum ada, sehingga kerentanannya juga sulit dikatakan,”
Pada saat lahir, sel yang mengalami ketidaknormalan jumlahnya mungkin masih sedikit sehingga tidak mengganggu peredaran darah. Inilah penjelasan untuk menjawab pertanyaan mengapa anak dengan neuroblastoma tidak terdeteksi kelainannya.
Rajinlah memeriksa berat badan Anak
Menurut dr Endang, orang tua harus rajin memeriksa berat badan anak. Dari penimbangan ini akan diketahui naik-tidaknya bobot si kecil secara berkala. Jika berat badan si kecil menurun, apalagi dibarengi dengan hilangnya nafsu makan, jangan dianggap sepele. “Yang pasti (tandanya) adalah penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan. Memang belum tentu kanker sih kalau berat badannya turun, tapi orang tua harus waspada,” kata dr Endang. Jika perut yang terkena, kata dr Endang, cirinya adalah perut anak membesar dan teraba keras. Orang mungkin akan sulit membedakan perut membesar karena neuroblastoma atau karena kembung.
Namun dokter biasanya akan mudah mengenali. Jika dicurigai ada yang tidak beres, biasanya anak akan disarankan menjalani tes USG. Sayangnya, ujar dr Endang, masih ada orang tua yang “tidak terima” anaknya dikatakan terkena kanker.
Sehingga, kerap kali orang tua mencari pengobatan di luar medis yang justru menyulitkan dokter untuk menangani penyakit tersebut. “Mencari (pengobatan) alternatif, sehingga tidak lagi ke dokter. Saat datang ke dokter lagi, kankernya sudah menyebar luas. Ini yang jadi kendala. Padahal, kalau semakin cepat dideteksi, semakin cepat ditangani, peluang sembuhnya lebih besar,” tutur dr Endang.
Bila terdeteksi pada stadium 2, pasien jenis kanker ini masih memiliki tingkat kelangsungan hidup 80-95 persen. Namun, bila ditemukan pada stadium 4, tingkat kelangsungan hidup diperkirakan menurun menjadi kurang dari 40 persen. Kanker yang menyerang jaringan saraf simpatis ini mendominasi 10 persen dari seluruh kasus kanker pada anak. Kebanyakan ditemukan pada bayi baru lahir hingga usia 4 tahun dengan perbandingan kasus pada anak laki-laki 1,2 kali lebih banyak daripada anak perempuan. Dikutip dari berbagai sumber.